Friday, February 21, 2014

Sebuah Catatan tentang Fitnah


Bismillah
Ana tidak tahu harus memulai dari mana. Namun insyaa allah kutulis catatan ini dengan niat untuk memberikan manfaat serta peringatan kepada orang yang membacanya, dan mudah-mudahan Allah memberi petunjuk dan ketegaran di atas al-haq dengannya.

Maka telah benar sebuah hadits tentang fitnah-fitnah akhir zaman yang ia seperti ombak besar yang bergelombang yang terus menerus datang menerjang. Belum selesai dari suatu fitnah melainkan telah datang padanya fitnah yang lebih besar.


Dan fitnah maka telah kulihat dengan mata ini telah terjatuhlah orang yang terjatuh, telah tenggelam lah orang yang tenggelam di dalamnya. Hampir tidak ada lagi yang dapat selamat melainkan dengan pertolongan Allah dan fadhl (keutamaan) dari-Nya.

Dengen ini coba menuliskan nasehat-nasehat berharga yang bagus dari guru kami al-Ustadz al-Fadhil Abu 'Izzi Masmu'in Zubaidy semoga Allah 'azza wa jalla senantiasa menjaga beliau di kala hidupnya dan merahmati beliau dikala meninggalnya.

Yang mana nasehat ini merupakan nasehat kesekian kalinya dan telah berlalu nasehat-nasehat dari orang-orang yang sebelum beliau dari kalangan para Ulama dan Ahlu 'Ilmi yang mana Allah telah meneguhkan mereka dalam jalan ini.

Suatu kali dalam kajian beliau setiap ahad keempat di Masjid al-Furqon Kentingan Baru yang mana beliau memberi muhadharah dan mau'izhah yang sangat indah.

Dan berikut adalah sebagian dari wejangan dan nasehat beliau yang masih teringat dan terngiang-ngiang yang alhamdulillah kami telah menambatkan manfaat yang besar darinya serta mendapat tambahan keteguhan di kala badai dan terjangan ombak terus melanda.

Yang kami sampaikan di sini bisa jadi tidak bisa kami sampaikan secara sempurna sebagaimana lafazh aslinya, namun kami bawakan di sini secara makna dengan tetap berupaya mendekati sebagaimana mana yang sebenarnya. Wallaahul musta'an.





"Alhamdulillah di zaman ini, telah dinampakkan bahwa telah banyaknya pemuda yang telah menyadari akan keagungan keutamaan ilmu dan mereka memiliki semangat yang tinggi dalam menuntutnya."

"Namun sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh bahwa jalan ilmu yang ditempuh oleh kebanyakan penuntut ilmu pada masa sekarang ini ternyata tidaklah sama dengan jalan ilmu yang mana para salaf terdahulu menempuhnya."


"Dan sebuah kepastian bahwa di dalam jalan memang pasti akan ada penghalang."

"Orang yang menempuh jalan maka dia tidak cukup hanya berbekal akan tetapi ia harus mewaspadai penghalang-penghalang yang mana kebanyakan orang yang gagal atau jatuh disebabkan penghalang-penghalang tersebut."



"Orang yang berilmu sebelum terjadi fitnah mereka sudah mengetahui terlebih dahulu yang dengan mengenal  tanda-tandanya, 'Oh itu mulai nampak, oh itu sudah kelihatannya bibit-bibitnya'"

"Sedangkan orang jahil (tidak berilmu) fitnah sudah datang melanda, ia telah porak poranda lalu ia baru menyadari 'oh ternyata telah terjadi fitnah'."

"Dan telah terjadi fitnah dalam jalan ilmu yang mulia ini yang mana sesama penuntut ilmu sibuk  membicarakan penuntut ilmu lain, bahwa si fulan telah begini dan fulan telah begini."

"Dan saat terjadi fitnah soal permasalahan jihad di Ambon yang sebelumnya telah ada fitnah terlebih dahulu yaitu fitnah saling tahdzir."

"Maka di Kendari sana ana beserta teman-teman mengajikan kitab ini dengan harapan dapat meredam kobaran fitnah yang terjadi."



"Namun fitnah semakin besar dan terus bertambah besar. "Saat itu semua orang yang dulunya dekat menjauh semua, tidak ada yang tersisa. Seakan-akan bumi yang tadinya luas menjadi sempit."

Kemudian beliau mengkisahkan kisah beliau dulu sebelum terjadinya fitnah,

"Dan saya masih ingat dulu sebelum terjadi fitnah saya sangat dekat dengan seorang ustadz di makasar yang sekarang telah menjadi ustadz yang terkenal. Dulu apabila saya datang dari Kendari disambut oleh ustadz tersebut langsung diajak makan langsung di ruang makan di tengah rumahnya saking dekatnya hubungan saya dengannya."

"Namun terjadi lah apa yang terjadi sehingga kami harus berpisah dikarenakan fitnah tersebut hingga saat ini."

Kemudian ana lihat suara beliau melemah dan ana yang saat itu duduk dekat melihat seakan-akan beliau sedang mencoba menahan tangis.



"Kemudian saya meninggalkan Kendari dan datang ke Semarang yang saat itu saya mensibukkan diri untuk berjualan es pisang ijo. Saat itu ditengah-tengah menunggu pembeli, saya sempatkan untuk membaca kitab ini (Ightsatul Lahfan) yang saya letakkan terus di atas grobak, yang mana kitab tersebut sebagai hiburan bagi saya dan di dalamnya banyak nasehat, banyak peringatan, serta bimbingan.

"Lalu fitnah semakin besar dan terus bertambah besar hingga akhirnya Allah menampakkan kebenaran bagi saya."

Lalu ana lihat beliau tidak dapat menahan lagi tangisnya dan para peserta kajian pun terdiam merenung.

Kami seakan baru menyadari bahwa di jaman dulu yaitu saat pondok bukhari, pondok ukhuwah belum ada ternyata begitu berat apa yang dirasakan ustadz-ustadz kibar kita, bagaimana mereka mencoba terus kokoh di bawah terjangan fitnah, fitnah di atas fitnah, di tengah kesendirian, keterasingan dari orang-orang yang sudah terasing.


Sedangkan yang kita lihat saat ini ialah hanyalah bangunan megah pondok-pondok tersebut atau radio dan kajian mereka yang sampai kemana-mana. Dan tidak lain apa yang kita lihat sekarang ini dari betapa manfaat ilmu dan dakwah hingga sampai kepada kita, yaitu sebagaimana Allah membalas kepada orang-orang yang berbuat keburukan karena apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah memberikan balasan kepada orang yang melakukan amal shaleh dengan kebaikan.

wabillahit taufiq. walhadulillaahi rabbil 'alamiin.